Arti dari Kemenangan dan Kekalahan



“Jangan kalah sebelum berperang”

Kita pasti gak asing lagi dengan salah satu kalimat dari orang bijak tersebut. Begitu pula aku. Bagiku, tidak ada kata menyerah sebelum mencoba. Seringkali kita tidak menyadari kekuatan yang kita miliki hingga kita bisa mencapai sesuatu yang awalnya terasa mustahil. Mungkin kalian pernah berkata kepada diri sendiri ‘Ternyata aku bisa juga melakukan hal itu’. Tidak ada salahnya mencoba berjuang untuk mendapatkan sesuatu meskipun kadang itu sulit.

Dalam peperangan, kita dikatakan menang apabila berhasil membuat pihak lain kalah atau berhasil mendapatkan sesuatu. Alkisah di suatu hari yang cerah dimana para Teletubbies sedang berkumpul dan menari bersama (halahhhh abaikan saja oke??). Oke langsung saja, alkisah hiduplah seorang prajurit. Sebagai prajurit yang bisa dibilang cukup senior, ia mempunyai banyak pengalaman di medan perang. Ia telah banyak meraih kemenangan ataupun kekalahan. Ia bukan panglima perang, melainkan hanya prajurit biasa. Ambisi telah menjadi bagian dari hidupnya. Mungkin karena itu panglima menyukainya. Bahkan sepeninggalnya, panglima meminta prajurit itu untuk menggantikan posisinya.

Sekarang, prajurit itu menjadi panglima yang baru. Ia mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan prajurit lainnya. Suatu hari sang Raja menghubunginya dan memerintahkan agar segera menyiapkan pasukan dalam waktu singkat. Panglima baru itu heran karena bisanya mereka berperang hanya bila kerajaan sedang terancam oleh serangan musuh. Ternyata raja ingin memperluas daerah kekuasaannya dengan menjajah kerajaan tetangga. Menurut raja, kemenangan telah berada di depan mata karena kerajaan tetangga itu hanyalah kerajaan kecil dan tak memiliki pasukan yang cukup kuat untuk mempertahankan diri.

Klik untuk baca selengkapnya >>>




 Hatinya merasakan sesuatu yang salah. Ia ingin bicara tapi bagaimanapun dia hanya seorang panglima. Tugasnya hanya menuruti perintah raja. Dalam waktu singkat, ia telah menyiapan pasukan dan siap untuk berperang. Dengan gagah berani, segenap pasukannya memasuki medan laga. Ia berdiri di garis terdepan, mengajukan pedang dengan sigap. Semakin mendekati garis pertahanan lawan, ia melihat sesuatu yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Di depannya, tampak prajurit lawan tengah bersiap menanti serangan. Tapi di belakangnya, berjejer manusia-manusia yang panglima yakin tak pernah menyentuh pedang sama sekali. Ada anak yang belum cukup umur bahkan kakek lanjut usia. Sungguh tak sebanding dengan pasukannya yang terdiri dari prajurit berpengalaman dan siap tempur.

Panglima menghentikan kudanya. Prajurit yang ada di belakang langsung menyerbu pasukan lawan. Matanya melebar ketika ia melihat sendiri peristiwa yang ada di depannya. Salah satu prajuritnya menghunuskan pedang ke salah seorang pemuda dari pasukan lawan hingga pemuda itu tumbang seketika. Panglima turun dari kuda dan berlari ke arah pemuda itu. Tuhan, pemuda itu bahkan usianya mungkin tak lebih tua daripada putranya yang ia tinggal di rumah. Matanya terpejam mengiringi detak jantungnya yang telah berhenti. Ia telah pergi.

Panglima menangis. Rasanya seperti sebuah pukulan mengenai tepat di wajah hingga ia jatuh. Sungguh sangat sakit. Tapi ia sakit bukan karena pukulan yang mengenai wajahnya melainkan karena pukulan itu berhasil menumbangkannya yang selama ini berdiri kokoh bak benteng kerajaan. Ia jatuh telak. Pemuda tak berdosa itu tak seharusnya mati. Ia tak mempunyai salah apa-apa dalam peperangan ini. Dan ia tak akan membiarkan nyawa tak berdosa jatuh lebih banyak lagi. Ia berteriak dan memerintahkan pasukannya mundur.

Panglima tahu dirinya sudah terlanjur menceburkan diri di medan laga dan kemenangan sudah di depan mata. Tapi ia tak ingin meraihnya. Biarkanlah ia tetap disana. Kemenangan bukan menjadi tujuan mutlak. Ia memilih mundur bukan karena takut pada kejamnya medan laga, namun hati kecilnya bertanya "Untuk apa kemenangan itu? Sebandingkah dengan apa yang harus hilang demi meraihnya?"


Jadi aku kembali bertanya tentang apa arti kemenangan. Apakah kemenangan selalu berarti bahwa kita bisa mencapai apa yang menjadi tujuan. Lalu bagaimana bila di tengah jalan tiba-tiba kita meragukan tujuan itu karena beberapa alasan dan memilih untuk menyerah? Bagiku, seperti sepenggal kisah panglima tadi, ia tetaplah sang pemenang. Tak peduli meskipun ia tak jadi meraih tujuannya, tapi sebagai ganti ia telah menyelamatkan sesuatu yang lebih berharga terbuang sia-sia demi tujuan awalnya itu.

Segala sesuatu itu relatif, seperti halnya kemenangan. Tergantung kau melihat dari sisi mana.


:)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar